PENGAWETAN DENGAN PENGGUNAAN SUHU TINGGI
Label: Teknologi Pangan Dan Gizi
Mengapa Suhu Tinggi Digunakan pada Pengawetan Pangan ?
Suhu
tinggi diterapkan baik dalam pengawetan maupun dalam pengolahan pangan.
Memasak, menggoreng, memanggang, dan lain-lain adalah cara-cara
pengolahan yang menggunakan panas. Proses-proses tersebut membuat
makanan menjadi lebih lunak, lebih enak, dan lebih awet. Pemberian suhu
tinggi pada pengolahan dan pengawetan pangan didasarkan kepada kenyataan
bahwa pemberian panas yang cukup dapat membunuh sebagian besar mikroba
dan menginaktifkan enzim. Selain itu makanan menjadi lebih aman karena
racun-racun tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun dari bakteri
Clostridium botulinum.
Adanya
mikroba dan kegiatan enzim dapat merusak bahan makanan, meskipun
disimpan dalam wadah tertutup. Lamanya pemberian panas dan tingginya
suhu pemanasan ditentukan oleh sifat dan jenis bahan makanan serta
tujuan dari prosesnya. Setiap jenis pangan memerlukan pemanasan yang
berbeda untuk mematikan mikroba yang terdapat di
dalamnya. Misalnya untuk susu dilakukan pasteurisasi yaitu pemanasan sekitar 62 oC selama 30 menit.
Pemanasan
mengakibatkan efek mematikan terhadap mikroba. Efek yang ditimbulkannya
tergantung dari intensitas panas dan lamanya pemanasan. Makin tinggi
suhu yang digunakan, makin singkat waktu pemanasan yang digunakan untuk
mematikan mikroba.
Pada
umumnya pengawetan dengan suhu tinggi tidak mencakup pemasakan,
penggorengan, maupun pemanggangan. Yang dimaksud dengan pengawetan
menggunakan suhu tinggi adalah proses-proses komersial dimana penggunaan
panas terkendali dengan baik, antara lain sterilisasi, pasteurisasi ,
dan blansing.
Bagaimanakah Prinsip Pengawetan dengan Suhu Tinggi ?
Pada pemakaian suhu tinggi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Mikroba penyebab kebusukan dan yang dapat membahayakan kesehatan manusia harus dimatikan
2. Panas yang digunakan sedikit mungkin menurunkan nilai gizi makanan
3. Faktor-faktor organoleptik misalnya citarasa juga harus dipertahankan.
Dikenal beberapa tingkatan pemberian panas atau proses termal yang umum dilakukan yaitu blansing, pasteurisasi, dan sterilisasi.
Blansing
Blansing
merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan atau perlakuan pemanasan
tipe pasteurisasi yang dilakukan pada suhu kurang dri 100 o C selama
beberapa menit, dengan menggunakan air panas atau uap. Biasanya suhu
yang digunakan sekitar 82 – 93 oC selama 3 – 5 menit. Contoh blansing
misalnya mencelupkan sayuran atau buah dalam air mendidih selama 3 – 5
menit atau mengukusnya selama 3 – 5 menit. Tujuan utama blansing ialah
menginaktifan enzim diantaranya enzim peroksidase dan katalase, walaupun
sebagian dari mikroba yang ada dalam bahan juga turut mati. Kedua jenis
enzim ini paling tahan terhadap panas,. Blansing biasanya dilakukan
terhadap sayur-sayuran dan buah-buahan yang akan dikalengkan atau
dikeringkan. Di dalam pengalengan sayur-sayuran dan buah-buahan, selain
untuk menginaktifkan enzim, tujuan blansing yaitu :
- membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah mikroba dalam bahan
- mengeluarkan atau menghilangkan gas-gas dari dalam jaringan tanaman, sehingga mrngurangi terjadinya pengkaratan kaleng dan memperoleh keadaan vakum yang baik dalam “headspace” kaleng.
- melayukan atau melunakkan jaringan tanaman, agar memudahkan pengisian bahan ke
- dalam wadah
- menghilangkan bau dan flavor yang tidak dikehendaki
- menghilangkan lendir pada beberapa jenis sayur-sayuran
- memperbaiki warna produk, a.l. memantapkan warna hijau sayur-sayuran
Cara
melakukan blansing ialah dengan merendam dalam air panas (merebus) atau
dengan uap air (mengukus atau dinamakan juga “steam blanching”).
Merebus yaitu memasukkan bahan ke dalam panci yang berisi air
mendidih.Sayur-sayuran atau buahbuahan yang akan diblansing dimasukkan
ke dalam keranjang kawat, kemudian dimasukkan ke dalam panci dengan suhu
blansing biasanya mncapai 82 – 83 oC selama 3 – 5 menit. Setelah
blansing cukup walktunya, kemudian keranjang kawat diangkat dari panci
dan cepat-cepat didinginkan dengan air.
Pengukusan
tidak dianjurkan untuk sayur-sayuran hijau, karena warna bahan akan
menjadi kusam. Caranya ialah dengan mengisikan bahan ke dalam keranjang
kawat, kemudian dimasukkan ke dalam dandang yang berisi air mendidih.
Dandang ditutup dan langkah selanjutnya sama dengan cara perebusan.
Pasteurisasi
Pasteurisasi
merupakan suatu proses pemanasan bahan pangan sampai suatu suhu
tertentu untuk membunuh mikroba patogen atau penyebab penyakit seperti
bakteri penyebab penyakit TBC, disentri, diare, dan penyakit perut
lainnya. Dengan pasteurisasi masih terdapat mikroba, sehingga bahan
pangan yang telah dipasteurisasi mempunyai daya tahan simpan yang
singkat.
Tujuan pasteurisasi yaitu :
1.
Membunuh semua bakteri patogen yang umum dijumpai pada bahan pangan
bakteribakteri patogen yang berbahaya ditinjau dari kesehatan masyarakat
2. Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan enzim
Mikroba
terutama mikroba non patogen dan pembusuk masih ada pada bahan yang
dipasteurisasi dan bisa berkembang biak. Oleh karena itu daya tahan
simpannya tidak lama. Contohnya : susu yang sudah dipasteurisasi bila
disimpan pada suhu kamar hanya akan tahan 1 – 2 hari, sedangkan bila
disimpan dalam lemari es tahan kira-kira seminggu. Karena itu untuk
tujuan pengawetan, pasteurisasi harus dikombinasikan dengan cara
pengawetan lainnya, misalnya dengan pendinginan.
Pasteurisasi biasanya dilakukan pada susu, juga pada saribuah dan suhu yang digunakan di bawah 100 oC. Contohnya :
• pasterurisasi susu dilakukan pada suhu 61 - 63 oC selama 30 menit
• pasteurisasi saribuah dilakukan pada suhu 63 – 74 oC selama 15 – 30 menit.
Pasteurisasi
pada saribuah dan sirup dapat dilakukan dengan cara “ hot water bath “.
Pada cara “ hot water bath “, wadah yang telah diisi dengan bahan dan
ditutup (sebagian atau rapat) dimasukkan ke dalam panci terbuka yang
diisi dengan air. Beberapa cm (2,5 – 5,0 cm) di bawah permukaan wadah.
Kemudian air dalam panci dipanaskan sampai suhu di bawah 100 oC ( 71 –
85 oC ), sehingga aroma dan flavor tidak banyak berubah.
Perkataan steril mengandung pengertian :
1. Tidak ada kehidupan
2. Bebas dari bakteri patogen
3. Bebas dari organisme pembusuk
4. Tidak terdapat kegiatan mikroba dalam keadaan normal
Dalam
pengolahan bahan pangan yang lazim dinamakan pengalengan, tidak mungkin
dilakukan sterilisasi dengan pengertian yang mutlak. Pemanasan
dilakukan sedemikian rupa sehingga mikroba yang berbahaya mati, tetapi
sifat-sifat bahan pangan tidak banyak mengalami peruba han sehingga
tetap bernilai gizi tinggi. Sehubungan dengan hal ini dikenal 2 macam
istilah, yaitu :
- Sterilisasi biologis yaitu suatu tingkat pemanasan yang mengakibatkan musnahnya segala macam kehidupan yang ada pada bahan yang dipanaskan
- Sterilisasi komersial yaitu suatu tingkat pemanasan, dimana semua mikroba yang bersifat patogen dan pembentuk racun telah mati.
Pada
produk yang steril komersial masih terdapat spora-spora mikroba
tertentu yang tahan suhu tinggi; spora-spora tersebut dalam keadaan
penyimpanan yang normal tidak dapat berkembang biak atau tumbuh. Jika
spora tersebut diberi kondisi tertentu, maka spora akan tumbuh dan
berkembang biak.
Sterilisasi
adalah proses termal untuk mematikan semua mikroba beserta
sporasporanya. Spora-spora bersifat tahan panas, maka umumnya diperlukan
pemanasan selama 15 menit pada suhu 121 oC atau ekivalennya , artinya
semua partikel bahan pangan tersebut harus mengalami perlakuan panas.
Mengingat
bahwa perambatan panas melalui kemasan (misalnya kaleng, gelas) dan
bahan pangan memerlukan waktu, maka dalam prakteknya pemanasan dalam
autoklaf akan membutuhkan waktu lebih lama dari 15 menit. Selama
pemanasan dapat terjadi perubahanperubahan kualitas yang tidak
diinginkan. Untungnya makanan tidak perlu dipanaskan hingga steril
sempurna agar aman dan memiliki daya tahan simpan yang cukup lama. Semua
makanan kaleng umumnya diberi perlakuan panas hingga tercapai keadaan
steril komersial . Biasanya daya tahan simpan makanan yang steril
komersial adalah kira-kira 2 tahun. Kerusakan-kerusakan yang terjadi
biasanya bukan akibat pertumbuhan mikroba, tetapi karerna terjadi
kerusakan pada sifat-sifat organoleptiknya akibat reaksi-reaksi kimia.
Pemanasan
dengan sterilisasi komersial umumnya dilakukan pada bahan pangan yang
sifatnya tidak asam atau bahan pangan berasam rendah. Yang tergolong
bahan pangan ini adalah bahan pangan hewani seperti daging, susu, telur,
dan ikan serta beberapa jenis sayuran seperti buncis dan jagung. Bahan
pangan berasam rendah mempunyai risiko untuk mengandung bakteri
Clostridium botulinum, yang dapat menghasilkan racun yang mematikan jika
tumbuh dalam makanan kaleng. Oleh karena itu spora bakteri tersebut
harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi. Sterilisasi
komersial adalah pemanasan pada suhu 121,1 oC selama 15 menit dengan
menggunakan uap air bertekanan, dilakukan dalam autoklaf.
Tujuan
sterilisasi komersial terutama untuk memusnahkan spora bakteri patogen
termasuk spora bakteri C. Botulinum. Produk yang sudah diproses dengan
sterilisasi komersial sebaiknya disimpan pada kondisi penyimpanan yang
normal, yaitu pada suhu kamar. Harus dihindari penyimpanan pada suhu
yang lebih tinggi (sekitar 50 oC), karena bukan tidak mungkin jika ada
spora dari bakteri yang sangat tahan panas masih terdapat di dalam
kaleng dapat tumbuh dan berkembang biak di dalamnya dan menyebabkan
kebusukan, misalnya bakteri Bacillus stearothermophillus.
Bagaimana cara berlangsungnya perambatan panas ?
Panas
merupakan suatu bentuk enersi, diartikan sebagai pertukaran enersi
diantara dua macam benda yang berbeda suhunya. Perambatan panas atau
pemindahan panas dapat terjadi secara :
• Konduksi
Konduksi
terjadi jika enersi berpindah dengan jalan sentuhan antar molekul atau
perambatan panas terjadi dimana panas dialirkan dari satu partikel ke
partikel lainnya tanpa adanya gerakan atau sirkulasi. Perambatan panas
secara konduksi berlangsung secara lambat. Umumnya konduksi terjadi pada
bahan berbentuk padat, seperti daging, ikan, sayur- sayuran,
buah-buahan, dll.
• Konveksi
Konveksi
terjadi jika enersi berpindah melalui aliran dalam media cair atau
perambatan panas dimana panas dialirkan dengan cara pergerakan atau
sirkulasi molekul dari zat yang satu ke zat yang lainnya. Pemanasan
secara konveksi berlangsung secara cepat. Umumnya konveksi terjadi pada
bahan berbentuk cair seperti saribuah, sirup, air, dll.
Selain
itu perambatan panas dapat terjadi secara radiasi dimana panas
dialirkan secara pancaran dan berlangsung tanpa media, misalnya sinar
matahari. Pada bahan pangan yang dikalengkan, perambatan panas yang
terjadi dapat secara konduksi dan konveksi, contohnya buah-buahan dalam
kaleng yang diberi sirup, perambatan panasnya terjadi secara konduksi
pada buahnya dan konveksi pada sirupnya.
Alat-alat Apakah yang Digunakan dalam Pemanasan ?
Alat-alat
pemanas yang umum digunakan antara lain ketel pasteurisasi dan ketel
sterilisasi. Alat-alat pemanas sederhana yang dipakai dalam kehidupan
sehari-hari di rumah tangga misalnya alat pamasak nasi (dandang atau
kukusan) dan panci tekan (pressure cooker), sedangkan di pabrik
pengolahan digunakan otoklaf.
Dandang
atau kukusan dapat dipakai untuk keperluan pasteurisasi dan
sterilisasi. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi dengan alat ini
lebih lama dibandingkan dengan alat-alat yang lebih modern. Hal ini
disebabkan suhu yang dapat dicapai dalam alat-alat sederhana hanya
sekitar 100 – 105 oC.
Jenis-jenis otoklaf yang digunakan yaitu :
1.
Otoklaf statis atau jenis vertikal Suhu maksimum yang bisa digunakan
ialah 121 oC; bila digunakan suhu lebih tinggi maka makanan akan rusak
karena kontak dengan dinding kaleng yang panas. Hal ini terjadi terutama
pada makanan yang bersifat padat, tetapi juga pada makanan yang
bersifat cair.
2. Otoklaf agitasi atau jenis horizontal
Pada
otoklaf jenis ini waktu pemanasan bisa lebih singkat, karena itu
terutama digunakan pada bahan yang bersifat cair atau semi-cair.
Kualitas bahan yang dihasilkan lebih baik. Head space mempengaruhi
agitasi di dalam kaleng, maka suhu dinding kaleng menjadi lebih rendah .
Dengan demikian suhu pengolahan dapat lebih tinggi dari 121 oC, dan
waktu pengolahan menjadi lebih singkat.
Apakah yang Dimaksud dengan Pengalengan (Canning) ?
Pengalengan
(Canning) adalah “suatu metode pengawetan bahan pangan yang siap untuk
dimakan dalam wadah-wadah yang tertutup rapat (hermetis) yang telah
diberi perlakuan dengan suhu tinggi untuk mencegah kerusakan“. Prinsip
pengalengan adalah “ membunuh mikroba dengan menggunakan panas dan
mencegah masuknya mikroba ke dalam wadah “.
Sebetulnya
orang yang menemukan proses yang sekarang kita kenal dengan pengalengan
ialah Spallanzani pada tahun 1765. Dalam percobaannya ia membuktikan,
bahwa makanan yang ditaruh dalam botol terutup dengan gabus rapat-ra pat
dapat dicegah dari kebusukan apabila botol tersebut dipanasi cukup
lama. Sebagai pelopor atau disebut sebagai “ Bapak industri pengalengan “
ialah Nicolas Appert (1810) dari Perancis. Tetapi baru populer setelah
penemuan Louis Pasteur (1860). Kemajuan pesat dalam industri pengalengan
baru terjadi setelah tahun 1900, yaitu dengan didapatkannya botol-botol
dan kaleng-kaleng yang dapat ditutup rapat serta cara-cara yang lebih
baik untuk membunuh mikroba.
Kemasan untuk Pengawetan Pangan dengan Proses Termal
Jenis
kemasan yang dapat dipakai untuk pengalengan makanan adalah kaleng,
botol, dan kemasan lentur. Kemasan yang paling banyak digunakan adalah
kaleng dan botol.
Kaleng (tin-plate)
Kaleng
(tin –plate) adalah lembaran besi yang dilapisi dengan timah putih;
pada kebanyakan kaleng timah putihnya tidak kurang dari 0,25 %. Kaleng
merupakan wadah yang tepat untuk sebagian besar bahan pangan. Bagian
dalam dari kaleng kadang-kadang diberi lagi suatu lapisan yang dikenal
sebagai enamel untuk jenis-jenis makanan tertentu.
Fungsi
utamanya
adalah agar makanan dan kalengnya mempunyai kenampakan (appearance)
yang menarik. Enamel harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
• Tidak beracun, bebas dari bau-bauan dan flavor lain.
• Tahan terhadap suhu pengolahan
• Tidak bereaksi dngan makanannya, tahan terhadap keasaman dan tidak bereaksi dengan pigmen
Sifat
korosif bahan terhadap kaleng biasa dipengaruhi oleh adanya oksigen.
Korosi dipercepat jika pada kaleng terjadi penceratan atau lubang kecil
dari lapisan timah putihnya. Oleh karena itu penting sekali mengeluarkan
udara dari dalam produk yang dikalengkan dan menggantikannya dengan gas
nitrogen (N2) atau divakumkan.
Keuntungan penggunaan tin-plate yaitu :
• Kuat dan tegar
• Dapat dibentuk dengan kecepatan tinggi menjadi kaleng dengan berbagai macam ukuran
• Memiliki ketahanan terhadap karat, asal disimpan dalam kondisi penyimpanan normal
• Memiliki kenampakan yang menarik
• Tahan terhadap tekanasn dan suhu pengolahan yang tinggi
• Mudah diberi dekorasi
Botol
Botol
merupakan kemasan yang terbuat dari gelas, umumnya digunakan untuk
bahan makanan yang bersifat asam, yang hanya memerlukan perlakuan panas
ringan atau untuk bahan pangan yang bersifat sangat korosif seperti saus
tomat dan acar. Ditinjau dari sudut pengolahan, penggunaan botol
memerlukan kondisi sbb :
Otoklaf yang digunakan harus tipe statis
1. Medium
pindah panas yang digunakan harus berupa air yang “ super heated”
dengan uap, sehingga suhu mencapai 115 – 126 oC dan tekanan 20 – 30 psi
agar tutup botol tidak lepas
2. Menaikkan suhu harus lebih lambat
3. Proses termal harus menggunakan suhu yang lebih rendah dan waktu pemanasan yang lebih lama
4. Kecepatan
pendinginan harus lebih lambat dan dikerjakan dalam otoklaf, dengan
cara menurunkan suhu dan tekanan secara berangsur-angsursampai mencapai
suhu 65 oC, baru dipindahkan ke ruang pendingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar